Klinik Mutiara Cikutra

Berbagai Posisi Menyusui dan Perlekatan Menyusui yang Benar

Berbagai Posisi Menyusui dan Perlekatan Menyusui yang Benar

Berbagai Posisi Menyusui
& Perlekatan Menyusui yang Benar

 

Tau gak sih moms kalau keberhasilan menyusui tergantung pada posisi dan perlekatan bayi ke payudara loh. Ketika bayi diposisikan dan dilekatkan dengan benar, mereka akan menyusu dengan baik dan Moms tidak akan merasakan sakit. Saat Moms mulai menyusui, mungkin akan merasa tidak nyaman, tetapi lama kelamaan Moms akan terbiasa dengan perasaan itu. Posisi menyusui bisa berbeda-beda, jadi temukan satu yang paling sesuai untuk Moms dan bayi, ya!

 

Berbagai posisi menyusui yang dapat Moms coba di antaranya :


  1.   Cradle Position

Cradle Position
Cradle Position

Cradle Position merupakan posisi menyusui yang paling banyak dilakukan, yaitu dengan posisi Moms tegak dan bayi diposisikan miring, kepala dan leher berbaring di sepanjang lengan bawah serta tubuh menempel pada perut Moms. Moms bisa menggunakan bantal di belakang Moms dan bantal menyusui di pangkuan untuk menopang bayi dan lengan Moms. Jika menggunakan bantal menyusui pastikan posisi bayi tidak terlalu tinggi untuk menghindari putting yang sakit dan perlekatan yang terlalu tegang.

 


  1.   Cross-Cradle Position

Cross-Cradle
Cross-Cradle

Posisi ini terlihat mirip dengan Cradle, tetapi bayi diletakkan di sepanjang lengan yang berlawanan. Tujuannya adalah untuk menopang bayi di sekitar leher dan bahu agar bisa memiringkan kepalanya sebelum menempel. Posisi ini sangat bagus unutk bayi baru lahir terutama untuk bayi dengan tubuh kecil dan bayi-bayi yang kesulitan menempel pada tubuh ibu.

 


  1. Football Hold Position

Football Hold Position
Football Hold Position

Posisi ini merupakan posisi menyusui yang baik untuk Moms yang menjalani operasi Caesar, ibu dengan payudara besar atau bayi kecil. Caranya yaitu dengan meletakkan bantal di sebelah Moms. Kemudian gendong bayi menghadap ke atas di lengan Moms. Gunakan telapak tangan Moms di lengan yang sama untuk menopang leher bayi dan sandarkan sisi bayi ke sisi tubuh Moms. Kemudian angkat bayi ke payudara Moms.

 


  1. Laid Back Position

Laid Back Positions
Laid Back Position

Jika Anda pernah melahirkan secara operasi caesar dan tidak dapat menemukan posisi menyusui yang nyaman, posisi ini dapat membantu. Berbaring dengan tubuh bayi di bahu Moms akan membuat Moms menyusui dengan nyaman tanpa beban atau tekanan pada luka Moms.

 


  1. Side Lying Position

  

Side Lying
Side Lying

Posisi ini juga nyaman bagi ibu yang pernah menjalani operasi caesar karena bayi tidak memberikan tekanan pada perut ibu. Mulailah dengan berbaring miring dengan bayi Moms menghadap Anda. Bayi harus diposisikan sehingga hidungnya berseberangan dengan puting susu Moms. Gunakan lengan bawah Moms untuk menggendong punggung bayi, atau Moms dapat menyelipkan selimut yang digulung di belakang bayi untuk membantu meletakkan bayi di dekat Moms sementara Moms dapat menggunakan lengan untuk menopang kepala Moms sendiri. Moms dapat menopang payudara Moms dengan tangan yang lain.

 

Perlekatan menyusui yang benar :

perlekatan yang benar

  1.   Dekatkan seluruh badan bayi dan hidung dekat dengan puting susu ibu
  2.   Biarkan kepala bayi agak ke belakang sehingga bagian atas bibir bayi dapat menyentuh puting ibu
  3.   Ketika mulut bayi terbuka lebar, dagu bayi akan menyentuh payudara, disertai bagian belakang kepala ke belakang sehingga lidah bayi dapat menyentuh keseluruhan payudara
  4.   Dengan posisi dagu yang menempel pada payudara dan posisi hidung terbuka, disertai mulut bayi yang terbuka lebar, maka pipi bayi akan terlihat bulat dan penuh selama bayi sedang menetek

 

Tanda-tanda bayi melekat dengan benar:

  • Bayi harus memiliki mulut penuh payudara di mulutnya
  • Dagu harus menyentuh payudara Moms
  • Moms mungkin melihat bibir atas dan bawah bayi melengkung
  • Pipi bayi harus penuh dan bulat, Moms seharusnya tidak melihat lesung pipi saat bayi menetek
  • Rahang bayi harus bergerak, mungkin juga melihat telinga bayi berkedut saat mereka makan
  • Bayi akan mulai dengan hisapan cepat pendek, kemudian berubah menjadi hisapan panjang dalam dengan jeda untuk bernapas
  • Moms harus mendengar bayi menelan saat volume ASI meningkat
  • Moms seharusnya tidak mendengar suara seperti “klik”
  • Bayi harus menyusui dengan tenang dan tidak berpindah-pindah payudara
  • Bayi selesai menyusu dan tampak puas
  • Moms akan merasa nyaman saat menyusui dan puting tidak akan sakit

 

 

Sumber :

https://www.nhs.uk/start4life/baby/feeding-your-baby/breastfeeding/how-to-breastfeed/breastfeeding-positions/

https://www2.hse.ie/wellbeing/babies-and-children/breastfeeding/a-good-start/positioning-and-attachment/

 

 

Cara Menghitung Kontraksi Dan Kapan Ibu Hamil Harus Datang Ke Rumah Sakit

Cara Menghitung Kontraksi Dan Kapan Ibu Hamil Harus Datang Ke Rumah Sakit

Cara Menghitung Kontraksi
Dan Kapan Ibu Hamil Harus
Datang Ke Rumah Sakit

 

Saat mendekati masa persalinan, maka ibu hamil akan mengalami kontraksi. Kontraksi adalah kondisi dimana otot-otot rahim mengencang dan mengendur untuk mendorong bayi keluar ke jalan lahir. Kontraksi biasanya dimulai dari punggung bagian bawah kemudian ke perut bagian depan memunculkan sensasi seperti kram dan kencang. Kontraksi juga menyebabkan bagian atas rahim (fundus) mengencang dan menebal, sementara leher rahim dan bagian bawah rahim meregang dan rileks untuk membantu bayi keluar dari rahim menuju ke jalan lahir untuk dilahirkan. Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk mengetahui apakah yang dialami Moms merupakan kontraksi palsu atau kontraksi yang sesungguhnya dengan cara menghitung kontraksi. Yuk, simak ulasannya berikut ini, Moms!

 

CARA MENGHITUNG KONTRAKSI

Moms dapat menghitung kontraksi dengan menggunakan stopwatch. Ada tiga faktor yang harus diperhatikan :

  1.   Jumlah kontraksi, yaitu seberapa sering kontraksi terjadi
  2.   Durasi kontraksi, yaitu seberapa lama tiap kontraksi terjadi
  3.   Regularitas kontraksi, yaitu apakah kontraksi terjadi dengan interval teratur, berakhir di waktu yang sama, atau semakin lama semakin intens

Jika kontraksi frekuensinya semakin sering dan teratur, maka semakin besar kemungkinan ibu hamil tengah dalam persalinan yang aktif. Walaupun banyak variasi yang muncul, kontraksi yang sebenarnya akan muncul dalam interval yang teratur. Kontraksi palsu tidak memiliki pola yang teratur.

  Langkah pertama untuk menghitung kontraksi yaitu Moms dapat membuat tabel yang menunjukkan kapan mulai kontraksi, akhir kontraksi, durasi kontraksi, dan frekuensi kontraksi. Berikut langkah selanjutnya :

  1. Ketika kontraksi dimulai, catat mulai jam berapa
  2. Ketika kontraksi berakhir, catat berakhir di jam berapa
  3. Waktu antara kontraksi dimulai dan berakhir menunjukkan durasi kontraksi
  4. Ketika kontraksi selanjutnya dimulai, catat waktunya
  5. Perhatikan perbedaan waktu dari akhir kontraksi pertama dengan awal kontraksi kedua. Hal ini menunjukkan frekuensi kontraksi.
  6. Lanjutkan catat waktu untuk setiap kontraksi yang muncul dengan tujuan untuk melihat apakah kontraksi sudah teratur atau belum. Jika belum teratur, Moms dapat beristirahat sejenak.

Berikut contoh tabel yang dapat dibuat oleh Moms :

tabel hitungan kontraksi

Sumber : https://www.verywellfamily.com/how-to-time-contractions-2752965

Kontraksi yang sesungguhnya akan terjadi dalam interval yang teratur dengan intensitas dan frekuensi yang semakin meningkat. Sedangkan jika Moms mengalami kontraksi palsu atau Braxton Hicks contractions, maka interval kontraksi tidak teratur dan tidak semakin kuat seiring berjalannya waktu.

 

KAPAN IBU HAMIL HARUS DATANG KE RUMAH SAKIT

Jika frekuensi dari kontraksi semakin dekat, teratur, dan durasinya semakin lama, maka kemunginan Moms sudah mendekati waktu persalinan. Ada cara mudah Moms untuk mengetahui kapan harus pergi ke rumah sakit yaitu ketika kontraksi Moms berpola 5-1-1, yaitu:

5 – jarak antar kontraksi berlangsung dengan interval 5 menit

1 – berdurasi 1 menit

1 – berada di pola yang sama dalam waktu 1 jam

         Dengan pola 5-1-1 ini, Moms bisa bersiap-siap terlebih dahulu untuk ke rumah sakit karena sudah mulai memasuki fase aktif persalinan.

kontraksi

Sumber : https://bloomlife.com/preg-u/timing-contractions/

Selain itu, Moms juga harus segera ke rumah sakit jika muncul gejala seperti :

  Perdarahan dari vagina

  Demam

  Nyeri tidak tertahankan

  Ketuban pecah

  Gerakan janin berkurang

 

Menghitung kontraksi sangat penting untuk diketahui oleh Moms yang akan melakukan persalinan karena bisa menentukan waktu yang tepat kapan harus segera pergi ke rumah sakit. Selain itu, Moms juga bisa mengetahui apakah yang dialami merupakan kontraksi palsu atau kontraksi yang sesungguhnya. Jika dirasakan kontraksi semakin teratur, intens, dan sering menandakan Moms harus segera ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut oleh dokter atau bidan.

 

Sumber :

https://www.healthline.com/health/pregnancy/contractions-how-to-time#when-to-go-to-hospital

https://www.parents.com/pregnancy/giving-birth/labor-and-delivery/how-to-time-your-contractions/

https://www.verywellfamily.com/how-to-time-contractions-2752965

https://www.marchofdimes.org/pregnancy/contractions-and-signs-of-labor.aspx

VAGINAL BIRTH AFTER CESAREAN DELIVERY (VBAC) Persalinan normal setelah persalinan caesar

VAGINAL BIRTH AFTER CESAREAN DELIVERY (VBAC) Persalinan normal setelah persalinan caesar

VAGINAL BIRTH AFTER CESAREAN DELIVERY (VBAC)
Persalinan normal setelah persalinan caesar

 

VBAC merupakan proses persalinan normal setelah menjalani persalinan secara operasi caesar. Banyak ibu hamil yang menjalani VBAC tanpa timbul adanya masalah. VBAC sangat aman untuk wanita yang sebelumnya melakukan caesar dan dilaporkan minimal risiko. Tingkat keberhasilan pada wanita yang telah di skrining dan memenuhi syarat untuk dilakukan VBAC yaitu sekitar 60-80 persen. Ada beberapa alasan pada ibu hamil lebih memilih persalinan normal, yaitu :

  1. Menghindari persalinan dengan operasi caesar karena memiliki risiko seperti perdarahan post partum dan komplikasi anestesi saat operasi
  2. Risiko infeksi yang lebih rendah
  3. Waktu rawat inap di rumah sakit yang lebih pendek
  4. Waktu pemulihan yang lebih singkat

 

VBAC dapat membantu ibu untuk menghindari masalah kesehatan yang ditimbulkan jika ibu hamil melakukan prosedur caesar secara berulang, yaitu trauma kandung kemih, risiko dilakukan tindakan histerektomi (pengangkatan rahim), dan bisa terjadi masalah plasenta pada kehamilan selanjutnya.

 

SYARAT IBU HAMIL BOLEH MELAKUKAN VBAC

Berikut adalah beberapa kondisi ibu hamil yang memenuhi syarat untuk dilakukan VBAC yaitu:

  • Ibu hamil dengan bekas insisi operasi caesar garis horizontal dan terletak di perut bagian bawah
  • Ibu hamil dengan satu bayi dan memiliki riwayat satu kali operasi caesar dengan insisi horizontal dan letaknya rendah. Insisi vertikal tidak direkomendasikan karena bisa timbul risiko robekan dinding rahim
  • Mengandung bayi kembar dan memiliki riwayat satu kali operasi caesar dengan sayatan horizontal dan letaknya rendah
  • Memiliki tulang panggul yang cukup kuat dan besar agar bayi bisa keluar dengan mudah
  • Bayi di dalam kandungan harus dengan presentasi kepala di bagian bawah rahim
  • Tidak memiliki kondisi lain yang dapat mempersulit persalinan normal seperti plasenta previa atau tumor jinak rahim
  • Tidak memiliki riwayat robekan rahim sebelumnya
  • Tidak ada riwayat melakukan operasi berat sebelumnya seperti miomektomi

 

RISIKO VBAC

         Keberhasilan VBAC berhubungan dengan munculnya komplikasi seperti ruptur uteri, yaitu adanya robekan pada dinding rahim yang biasanya muncul pada bekas insisi operasi. Namun, komplikasi ini terjadi dalam waktu yang jarang. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ibu yang memiliki riwayat operasi caesar dengan sayatan horizontal dan letaknya rendah, maka risiko robekan dinding rahim hanya kurang dari satu persen. Jika terjadi robekan pada dinding rahim, maka akan terjadi risiko yang serius pada bayi bahkan kematian akibat penurunan aliran darah ke bayi.

Operasi caesar yang berulang meningkatkan risiko komplikasi secara signifikan seperti infeksi, cedera pada organ yang berdekatan, implantasi plasenta yang abnormal, dan kondisi plasentra previa dimana plasenta menutupi serviks secara komplit atau sebagian.

 

CARA MEMPERSIAPKAN VBAC

  • Jika Moms memiliki riwayat operasi caesar sebelumnya dan sedang hamil, konsultasikan kepada dokter pada saat pertama kali kunjungan antenatal. Dokter akan melihat semua riwayat medis selama kehamilan, kemudian menentukan apakah persalinan Moms boleh menggunakan prosedur VBAC atau tidak
  • Moms dapat mengikuti kelas melahirkan bayi dalam VBAC
  • Tetaplah berlaku fleksibel dan menyadari bahwa kemungkinan komplikasi dapat terjadi sehingga mungkin bisa dilakukan operasi caesar secara darurat
  • Pastikan kepada dokter bahwa rumah sakit tempat melakukan VBAC memiliki fasilitas jika diperlukan operasi caesar secara darurat
  • Konsultasikan terkait risiko dan manfaat VBAC, terutama risiko yang sering muncul

 

 

Sumber :

https://www.acog.org/womens-health/faqs/vaginal-birth-after-cesarean-delivery

https://health.ucdavis.edu/newsroom/news/headlines/4-things-to-know-about-vaginal-birth-after-cesarean-section-vbacs/2019/08

https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/vbac/about/pac-20395249