Klinik Mutiara Cikutra

Anak Bisulan Setelah Imunisasi, Bahayakah? Ini Penjelasannya, Lengkap Rekomendasi Imunisasi Bandung

Anak Bisulan Setelah Imunisasi, Bahayakah? Ini Penjelasannya, Lengkap Rekomendasi Imunisasi Bandung

Anak Bisulan Setelah Imunisasi, Bahayakah? Ini Penjelasannya, Lengkap Rekomendasi Imunisasi Bandung

imunisasi Anak
Sumber : Envanto

Orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk tumbuh kembang buah hati, termasuk dalam pemberian imunisasi. Sayangnya, terlepas dari berbagai manfaatnya, ada kalanya Anda juga mungkin merasa khawatir akan timbulnya efek samping atau reaksi tertentu setelah melakukan prosedur ini.

Salah satu contohnya, yaitu munculnya bisul pada anak setelah melakukan imunisasi. Pertanyaannya, apakah hal tersebut normal? Atau justru berbahaya bagi si kecil?

Jika saat ini Anda sedang mengalami permasalahan serupa, jangan panik dulu. Sebab, bisa jadi itu memang termasuk salah satu reaksi pascaimunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikut informasinya untuk Anda, lengkap rekomendasi layanan imunisasi Bandung terbaik bagi Anda yang berdomisili di Bandung. Yuk, simak!

Penyebab Anak Bisulan Setelah Imunisasi

Munculnya bisul atau anak menjadi bisulan setelah imunisasi biasanya disebabkan oleh vaksin BCG, yang merupakan salah satu imunisasi dasar untuk anak di Indonesia. Imunisasi sendiri adalah prosedur pemberian vaksin ke dalam tubuh guna meningkatkan sistem imun/kekebalan terhadap berbagai jenis penyakit.

Nah, kalaupun di kemudian hari anak yang telah diimunisasi ternyata terjangkit penyakit, maka setidaknya hanya akan berupa sakit ringan alias tidak parah seperti mereka yang tidak pernah menerima imunisasi sama sekali.

Seperti yang telah dipaparkan di atas, vaksin BCG merupakan salah satu jenis vaksin yang diterima anak ketika melakukan imunisasi dasar. Biasanya pemberiannya dilakukan ketika mereka berusia 2-3 bulan (masih bayi) di saat sistem imunnya mulai matang.

BCG merupakan singkatan dari Bacillus Calmette-Guerin, yaitu vaksin yang mengandung kuman Mycobacterium bovis yang sudah dilemahkan. Pemberiannya bertujuan untuk mencegah penyakit TB/TBC alias tuberkulosis serta radang otak akibat TB.

Namun, sama halnya dengan imunisasi-imunisasi lain pada umumnya, pemberian vaksin BCG sebagai salah satu imunisasi dasar juga dapat menimbulkan efek samping atau reaksi tertentu. Nah, salah satunya adalah bisulan di area suntikan yang biasanya berada di area lengan atas sebelah kanan.

Bekas suntikan tersebut dapat menimbulkan luka. Awalnya mungkin hanya akan terlihat seperti bintik merah biasa, tetapi lama-kelamaan dapat berkembang dengan isian nanah hingga akhirnya berubah menjadi benjolan yang disebut bisul. Lantas, apakah ini termasuk hal wajar atau justru berbahaya?

imunisasi anak
Sumber : Envanto

Berbahayakah Bisul yang Muncul Setelah Imunisasi?

Bisul pada buah hati yang telah diimunisasi dengan vaksin BCG biasanya baru akan muncul saat 2-12 minggu pascaimunisasi. Setelah itu, bisul akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

Luka yang tadinya berupa benjolan berisi cairan nanah, lambat laun akan mengering hingga akhirnya hanya akan meninggalkan bekas luka atau jaringan parut di area yang telah disuntik. Adapun jaringan parut tersebut biasanya terbentuk dalam kurun waktu tiga bulan dengan diameter sekitar 2-6 milimeter (mm).

Nah, sekarang pertanyaannya adalah, apakah bisul yang muncul setelah imunisasi dengan vaksin BCG ini tergolong berbahaya bagi tumbuh kembang buah hati kesayangan?

Jawabannya “tidak”. Bisul yang muncul akibat efek samping atau reaksi setelah pemberian vaksin BCG tidaklah berbahaya, sehingga Anda tidak perlu khawatir akan hal ini.

Dalam artian, Anda tidak perlu memeriksakan si kecil ke dokter, kecuali memang muncul gejala-gejala lain yang kemungkinan terjadi karena anak telah terpapar kuman TB sebelum vaksin dilakukan. Beberapa gejala tersebut, antara lain:

  • Anak demam tinggi.
  • Terbentuk keloid pada bekas luka.
  • Nanah pada bisul tergolong banyak (abses).

Rekomendasi Imunisasi Bandung Layanan Berkualitas

imunisasi anak
Sumber : Envanto

Bagi Anda yang tinggal di area Bandung dan sekitarnya, jangan lupa untuk memberikan imunisasi Bandung terbaik untuk buah hati kesayangan. Jika Anda bingung mencari fasilitas kesehatan berkualitas dengan layanan imunisasi Bandung yang baik, Anda dapat mempertimbangkan KMC alias Klinik Mutiara Cikutra.

Klinik Mutiara Cikutra merupakan klinik kesehatan yang terdaftar secara resmi dan memiliki izin Kementerian Kesehatan, sehingga kualitas serta pelayanannya sudah pasti terjamin.

Di sini tersedia berbagai layanan kesehatan, baik untuk ibu, keluarga, bahkan untuk anak. Salah satunya ada layanan imunisasi lengkap yang didukung oleh dokter bersertifikasi yang ahli dan berpengalaman di bidangnya.

Jika tertarik, Anda bisa langsung mengunjungi Klinik Mutiara Cikutra Bandung yang berlokasi di Jl. Cikutra No. 115 Blok A-B, Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat.

Yuk, segera jadwalkan kunjungan Anda bersama buah hati ke KMC dan dapatkan pengalaman imunisasi Bandung terbaik untuk kesayangan!

 

Referensi:

https://mutiaracikutra.com/

Si Kecil Alergi? Kenali Tanda dan Jenisnya, Jangan Lupa Konsultasi ke Dokter Anak!

Si Kecil Alergi? Kenali Tanda dan Jenisnya, Jangan Lupa Konsultasi ke Dokter Anak!

Si Kecil Alergi? Kenali Tanda dan Jenisnya, Jangan Lupa Konsultasi ke Dokter Anak!

 

Pernahkah Anda melihat si kecil mengalami reaksi seperti bersin, batuk, gatal, dan lain-lain ketika berinteraksi dengan hal-hal tertentu? Jika iya, kemungkinan itu adalah reaksi alergi.

Yuk, simak artikel berikut untuk informasi lebih lanjut terkait alergi, termasuk definisi, tanda, jenis, solusi, hingga rekomendasi dokter anak terbaik untuk atasi alergi pada buah hati kesayangan.

Alergi pada Anak dan Tandanya

batuk pilek anak
Sumber : Envanto

Alergi adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat tertentu, yang sebenarnya bagi sebagian orang tidak berbahaya, tetapi justru dapat memicu sejumlah gejala/reaksi pada sebagian lainnya.

Alergi dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Adapun tanda-tandanya cukup beragam. Beberapa di antaranya, yaitu:

  • Batuk.
  • Sering bersin.
  • Kulit terasa gatal.
  • Hidung tersumbat.
  • Pusing/sakit kepala.
  • Muncul ruam pada kulit.
  • Wajah dan bibir bengkak.
  • Alami gangguan pernapasan.
  • Kulit kemerahan atau terasa panas.
  • Muncul gangguan pencernaan, seperti mual atau diare.

Jenis-Jenis Alergi pada Anak dan Solusinya

Sumber : Envato

Sejatinya, alergi pada anak terbagi atas beberapa jenis. Apa saja? Berikut beberapa di antaranya:

Alergi Obat

Beberapa obat-obatan, termasuk vaksin, suplemen herbal, atau antibiotik bisa menimbulkan alergi pada anak seperti gatal dan kemerahan di kulit.

Alergi Debu

Jika Anda melihat buah hati kesayangan gatal-gatal, pilek, hingga mata berair ketika berada di tempat kotor, maka kemungkinan mereka memiliki alergi terhadap debu. Reaksi ini biasanya muncul saat debu beterbangan, menempel, dan terhirup oleh mereka.

Alergi Makanan

Beberapa makanan tertentu, seperti telur, kacang-kacangan, gandum, kerang, dan lain-lain juga bisa menimbulkan alergi pada anak. Adapun gejalanya, biasanya meliputi gatal, perasaan lelah, gelisah, hingga sakit kepala.

Alergi Susu Sapi

Selain makanan-makanan tertentu, ternyata minuman seperti susu sapi juga dapat memicu alergi, bahkan menjadi salah satu yang paling umum dialami anak-anak. Biasanya reaksi muncul tidak lama setelah mereka mengonsumsi susu sapi.

Alergi Bulu Hewan

Apabila Anda mendapati anak sering bersin dan mengi ketika berinteraksi dengan hewan, misalnya hewan peliharaan, maka kemungkinan mereka sedang mengalami reaksi alergi. Alergi ini umumnya berasal dari bulu hewan, tetapi juga bisa dari air liur, urin, serta sel kulit mati hewan.

Alergi pada Hidung

Selanjutnya, jenis alergi pada hidung atau saluran pernapasan, biasanya dialami oleh anak dengan rentang usia 2 hingga 3 tahun. Beberapa gejalanya yang dapat berlangsung selama lebih dari beberapa minggu, yaitu mata berair yang tampak merah, sering batuk, hidung tersumbat—gatal dan juga berair.

Alergi Serbuk Sari (Pollens)

Sesuai namanya, ini merupakan jenis alergi yang dipicu oleh serbuk sari, yaitu bubuk halus yang dihasilkan oleh bagian jantan bunga (benang sari). Fungsinya agar tanaman dapat bereproduksi ketika mencapai bagian betina bunga (putik sari).

Nah, lantaran sangat ringan, maka serbuk ini mudah terbawa angin dan menyebar di udara, sehingga memicu reaksi alergi pada sebagian orang yang tak sengaja menghirupnya.

Alergi Kulit (Dermatitis Atopik)

Alergi ini juga sering disebut eksim (eczema), yang penyebabnya adalah perbedaan dalam cara sistem kekebalan tubuh anak bereaksi terhadap berbagai hal. Adapun gejala-gejalanya, antara lain kulit gatal, kemerahan, bersisik, dan bahkan dalam kondisi tertentu dapat berupa benjolan yang mengeluarkan cairan lalu mengeras.

Lantas, bagaimana solusi mengatasi alergi-alergi di atas? Sebagai orang tua bijak, Anda perlu mengawasi buah hati agar mereka dapat terhindar dari hal-hal yang dapat memicu reaksi alergi tertentu, misalnya tidak memakan/meminum pantangannya, tidak berinteraksi langsung dengan hewan penyebab alergi, dan lain sejenisnya.

Namun, untuk penanganan lebih tepat, sangat disarankan Anda mengunjungi dan berkonsultasi dengan dokter anak secara langsung. 

Rekomendasi Dokter Anak untuk Atasi Alergi

vaksin

Salah satu fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan dokter anak berkualitas adalah KMC alias Klinik Mutiara Cikutra. Ini merupakan klinik kesehatan yang telah terdaftar dan memiliki izin resmi dari Kementerian Kesehatan.

Di sini tersedia berbagai layanan, salah satunya layanan kesehatan anak yang ditunjang oleh poli anak yang nyaman dan penanganan oleh dokter anak bersertifikat nan berpengalaman di bidangnya.

Klinik Mutiara Cikutra berdedikasi memberikan pelayanan terbaik yang seramah keluarga dan tempat yang senyaman rumah sendiri. Jadi, Anda tidak perlu khawatir soal kualitasnya.

Tunggu apa lagi? Yuk, jadwalkan kunjungan Anda bersama buah hati kesayangan ke KMC untuk mendapat penanganan alergi terbaik oleh dokter anak berkualitas!

 

Referensi:

https://mutiaracikutra.com/

Si Kecil Menolak Makan? Yuk, Konsultasi ke Dokter Anak untuk Atasi GTM

Si Kecil Menolak Makan? Yuk, Konsultasi ke Dokter Anak untuk Atasi GTM

Si Kecil Menolak Makan? Yuk, Konsultasi ke Dokter Anak untuk Atasi GTM

 

Melihat si kecil tumbuh dengan sehat tentunya menjadi salah satu kebahagiaan tersendiri bagi orang tua. Namun, ada kalanya masalah-masalah tertentu terjadi seiring perjalanan tumbuh kembang sang buah hati. Salah satunya yaitu ketika mereka menolak makan atau yang sering disebut “GTM”.

Hal ini kerap menimbulkan kekhawatiran serta kecemasan, sekaligus rasa bingung harus melakukan apa untuk mengatasinya. Oleh karena itu, sebagai orang tua bijak, jangan sampai Anda mengabaikan aksi GTM anak begitu saja.

Jika GTM telah berlangsung cukup lama, apalagi disertai gejala-gejala lain, maka sudah saatnya Anda membawa si kecil ke dokter anak. Dengan demikian, Anda bisa melakukan konsultasi hingga mendapat penanganan yang tepat.

GTM Anak
Sumber : Envanto

GTM

GTM merupakan singkatan dari “gerakan tutup mulut”. Sesuai namanya, ini adalah aksi “tutup mulut” yang dilakukan si kecil ketika diberi makanan. Dengan kata lain, GTM adalah istilah yang merujuk pada kondisi anak yang menolak makan dengan cara menutup mulut saat disuapi.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), GTM pada anak dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti sakit, bosan, tidak lapar, hingga trauma dengan makanan tertentu.

Umumnya, GTM kerap terjadi saat anak memasuki usia satu tahun dan biasanya kian memuncak ketika mereka menginjak usia dua tahun. Dalam fase ini, si kecil cenderung merasa mulai “besar” dan ingin menunjukkan sisi mandirinya dengan sedikit “pemberontakan”

Penyebab GTM

Namun, tahukah Anda? Nyatanya, ada sejumlah penyebab lain yang bisa menjadi kemungkinan munculnya aksi GTM pada anak. Apa saja? Berikut beberapa di antaranya:

  • Kelelahan.
  • Kesulitan mengunyah.
  • Porsi makanan terlalu banyak atau tidak sesuai dengan selera anak.
  • Anak picky eater dan lebih sering mengemil serta minum minuman manis.
  • Ada gangguan (distraksi) saat makan, misalnya sesuatu yang mengalihkan fokus anak dari makanan.
  • Nafsu makan berkurang karena terjadi perubahan laju pertumbuhan yang turut memengaruhi kebutuhan nutrisi.
  • Kebiasaan memberi junk food sehingga anak menjadi ketagihan dan ketika diberi makanan sehat, mereka jadi cenderung menolak.
  • Tumbuh gigi geraham yang membuat gusi bengkak dan sensitif. Hal ini membuat anak tidak nyaman hingga nafsu makannya pun menurun.
  • Pemberian susu yang tidak tepat sehingga kemungkinan pada jam-jam makan, anak seringnya masih merasa kenyang dan akhirnya terbiasa menolak makan.
  • Trauma pada makanan tertentu atau pada perlakuan orang tua. Misalnya, Anda tak sengaja membentak atau mengancam anak ketika memberi makan agar makanannya cepat habis.
  • Anak takut mencoba karena belum terbiasa dengan makanan baru. Biasanya, ini terjadi ketika ada pergantian menu. Jadi, selain bosan dengan makanan yang itu-itu saja, hal sebaliknya juga dapat membuat mereka GTM.
  • Terbiasa diiming-imingi sesuatu. Terkadang orang tua menarik perhatian anak untuk makan dengan menjanjikan hadiah. Mungkin satu-dua kali berhasil, tetapi lama-kelamaan jadi bumerang tersendiri karena ada kemungkinan membuat anak hanya mau makan jika dijanjikan imbalan.

Tips Mengatasi GTM pada Anak

Apabila si kecil mengalami GTM, jangan langsung panik. Berikut beberapa tips yang dapat Anda coba untuk mengatasi GTM pada anak:

  • Berikan makanan sesuai porsinya.
  • Ciptakan suasana menyenangkan saat anak makan.
  • Berikan susu secukupnya dan hanya pada waktu-waktu tertentu.
  • Minimalkan distraksi saat memberi anak makan agar fokus mereka tidak terpecah.
  • Coba buat variasi makanan untuk menghindari rasa bosan anak dengan menu yang itu-itu saja.
  • Atur jadwal makanan dengan tepat (kapan harus memberi makanan utama dan selingan seperti snack atau camilan lainnya).
  • Jangan memaksa anak makan. Usahakan agar mereka mau makan dengan sendirinya agar mereka dapat mengenal sinyal lapar dan sinyal kenyangnya sendiri.

Kapan Harus Konsultasi ke Dokter Anak?

Meski tampak sepele, nyatanya GTM bisa menjadi masalah serius jika terus berlanjut dan disertai dengan gejala-gejala lain. Contohnya, apabila GTM berlangsung sudah lebih dari dua minggu dan disertai gejala sakit, maka saatnya Anda berkonsultasi dengan dokter anak.

Nah, salah satu rekomendasi fasilitas kesehatan dengan layanan dokter anak berkualitas adalah Klinik Mutiara Cikutra. Sebuah klinik kesehatan yang menawarkan berbagai layanan, termasuk layanan kesehatan anak dengan dukungan dokter spesialis anak profesional yang ramah.

Selain itu, Klinik Mutiara Cikutra juga ditunjang oleh ruangan poli anak yang nyaman dengan fasilitas super lengkap nan modern. Jadi, soal kualitas, Anda tidak perlu khawatir!

Tunggu apa lagi? Yuk, segera jadwalkan kunjungan Anda!

 

Referensi:

https://mutiaracikutra.com/

Demam Berdarah pada Si Kecil: Cegah dan Tangani Lebih Cepat Bersama Dokter Anak

Demam Berdarah pada Si Kecil: Cegah dan Tangani Lebih Cepat Bersama Dokter Anak

Demam Berdarah pada Si Kecil: Cegah dan Tangani Lebih Cepat Bersama Dokter Anak

 

Dari sekian banyak penyakit di sekitar kita, salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah demam berdarah, terutama pada anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh mereka memang belum sekuat orang dewasa.

Namun, lantaran gejala demam berdarah cenderung mirip dengan penyakit biasa, hal ini sering membuat kewaspadaan orang tua menurun. Hasilnya, banyak dari mereka yang terlambat menyadari bahwa sang buah hati sedang terjangkit penyakit serius.

Padahal, demam berdarah sangat memerlukan penanganan yang cepat dan tepat guna mencegah terjadinya komplikasi yang bisa mengundang masalah lebih serius.

Nah, di sini lah peran dokter anak menjadi sangat krusial. Sebab, dengan pemantauan dan diagnosis akurat dari dokter anak, orang tua juga dapat melakukan penanganan yang sesuai sejak munculnya gejala awal.

Demam Berdarah, Penyebab dan Gejalanya

demam berdarah
Sumber : Envanto

Demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Oleh sebab itu, penyakit ini juga sering disebut DBD alias demam berdarah dengue. Adapun virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang memiliki ciri berwarna hitam dengan garis-garis putih seperti belang di bagian punggung dan kakinya.

Umumnya, penyakit ini sering muncul di wilayah atau daerah tropis dan subtropis seperti Indonesia, utamanya saat musim hujan ketika populasi nyamuk cenderung meningkat.

Demam berdarah sebenarnya dapat menyerang siapa saja, tetapi tak dimungkiri bahwa anak-anak memang lebih rentan terjangkit penyakit ini. Kendati demikian, selain anak-anak, ada beberapa kelompok lain dengan faktor risiko lebih tinggi terserang penyakit ini.

Misalnya wanita yang sedang hamil, lansia (orang lanjut usia/orang tua), orang dengan daya tahan tubuh lemah, dan orang yang sebelumnya sudah pernah terjangkit demam berdarah.

Lantas, apa saja gejala dari demam berdarah? Secara umum, gejala utamanya adalah demam tinggi (sekitar 39°-40° C) secara mendadak, kemudian turun selama beberapa hari sebelum akhirnya kembali naik.

Namun, selain itu, biasanya demam berdarah juga disertai dengan gejala-gejala lain, seperti:

  • Tubuh lemas
  • Mual dan muntah
  • Nafsu makan hilang
  • Otot dan sendi sakit
  • Sakit kepala yang parah
  • Bagian belakang mata nyeri
  • Muncul ruam kemerahan (timbul atau tidak timbul)

Pertolongan Pertama Demam Berdarah pada Anak

demam berdarah
Sumber : Envanto

Jika Anda merasa bahwa si kecil kemungkinan terjangkit penyakit demam berdarah, ada beberapa pertolongan pertama yang dapat Anda lakukan. Berikut beberapa di antaranya:

Kompres Dingin atau Berikan Obat Pereda Nyeri

Gejala awal munculnya demam berdarah adalah demam tinggi. Oleh karena itu, memberikan kompres dingin menjadi salah satu pertolongan pertama yang dapat Anda lakukan.

Gunakan kain atau handuk bersih yang telah direndam di dalam air dingin, lalu kompreskan ke beberapa bagian tubuh anak seperti dahi, lipatan siku, ketiak, hingga selangkangan.

Adapun alternatif lain jika Anda ingin mempercepat demam anak turun, Anda bisa memberikan obat pereda nyeri seperti paracetamol.

Pastikan Anak Beristirahat dengan Cukup

Istirahat yang cukup juga dapat membantu si kecil agar kondisi kesehatannya dapat pulih dengan lebih cepat.

Berikan Makanan Bergizi dengan Asupan Bernutrisi

Makanan sehat nan bergizi dan bernutrisi juga terbilang bisa membantu memperkuat imun anak agar dapat melawan infeksi virus dengue yang menyebabkan penyakit DBD.

Berikan Banyak Cairan

Cairan seperti air putih, sup hangat, dan sejenisnya juga merupakan salah satu pertolongan pertama penyakit demam berdarah. Sebab, DBD memang bisa meningkatkan risiko dehidrasi karena adanya gejala demam tinggi, diare, muntah,dan lain-lain.

Namun, perlu diingat bahwa apabila anak tak kunjung sembuh, bahkan setelah pemberian sejumlah pertolongan pertama, maka saatnya Anda membawa mereka ke dokter anak untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.

Rekomendasi Dokter Anak

dokter anak
Sumber : Envanto

Nah, salah satu rekomendasi fasilitas kesehatan terbaik yang menyediakan layanan dokter anak adalah Klinik Mutiara Cikutra (KMC). Ini adalah klinik yang mengutamakan kenyamanan dan keamanan, berdedikasi memberikan pelayanan seramah keluarga dan tempat yang nyaman senyaman rumah sendiri.

Di sini tersedia berbagai layanan kesehatan, termasuk layanan kesehatan poli anak yang didukung oleh dokter spesialis anak bersertifikat dan profesional, sehingga dipastikan ahli di bidangnya.

Dengan ruang poli yang nyaman serta dokter yang ramah anak, Anda dan buah hati dijamin bisa mendapatkan pengalaman berobat berkualitas nan menyenangkan di Klinik Mutiara Cikutra.

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, jadwalkan kunjungan Anda dan si kecil ke KMC sekarang juga!

 

Referensi:

https://mutiaracikutra.com/

Imunisasi di Bandung: Tips Memilih Tempat yang Tepat untuk Anak Anda

Imunisasi di Bandung: Tips Memilih Tempat yang Tepat untuk Anak Anda

Imunisasi di Bandung: Tips Memilih Tempat yang Tepat untuk Anak Anda

 

Salah satu langkah penting dalam menjaga kesehatan anak sejak dini yaitu dengan melakukan imunisasi. Berbagai penelitian medis dan program kesehatan global pun telah membuktikan betapa pentingnya hal ini.

Oleh sebab itu, Anda sebagai orang tua harus berperan aktif mewujudkan langkah penting ini. Salah satu caranya dengan memilih tempat imunisasi yang tepat sehingga anak bisa mendapatkan pelayanan dan penanganan imunisasi terbaik.

Nah, khusus bagi Anda yang berdomisili di Bandung, artikel ini akan memberikan Anda rekomendasi tempat imunisasi Bandung berkualitas. Selain itu, di sini Anda juga akan menemukan sejumlah informasi menarik terkait imunisasi, mulai dari definisi, tujuan, hingga tips memilih tempat imunisasi Bandung.

Yuk, simak pembahasan lengkapnya berikut ini!

Imunisasi, Definisi dan Tujuannya

imunisasi anak
Sumber : Envanto

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), imunisasi adalah upaya perlindungan tubuh (terhadap penyakit) melalui penyuntikan vaksin agar tubuh membuat antibodi untuk mencegah penyakit tertentu.

Melalui pemberian vaksin, tubuh anak dibantu untuk membentuk kekebalan terhadap berbagai penyakit menular yang berbahaya, seperti campak, polio, difteri, hepatitis, dan lain-lain.

Dalam artian, dengan meningkatnya kekebalan anak, maka apabila suatu saat anak terjangkit penyakit tertentu, risikonya bisa lebih kecil (sakit ringan saja) atau bahkan tidak terjangkit sama sekali (kebal).

Jadi, bisa dibilang bahwa tujuan melakukan imunisasi secara lengkap dan tepat waktu, yaitu agar dapat menekan risiko komplikasi serius—bahkan kematian akibat penyakit infeksi—secara signifikan.

Selain itu, tindakan ini tidak hanya melindungi anak secara individu, melainkan turut berkontribusi pada terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity) yang penting untuk mencegah wabah penyakit di masyarakat.

Tips Memilih Tempat Imunisasi untuk Anak

Jika masih bingung dalam menentukan pilihan, berikut beberapa tips yang dapat Anda terapkan dalam memilih tempat imunisasi terbaik untuk buah hati kesayangan Anda:

  • Pilih tempat imunisasi resmi tepercaya, yang memiliki izin dari Kementerian Kesehatan atau dinas kesehatan setempat. Bisa di posyandu, puskesmas, klinik, rumah sakit, ataupun tempat praktik dokter anak.
  • Cek ulasan dan reputasi tempat imunisasi tujuan Anda. Jika perlu, lakukan perbandingan beberapa tempat, lalu pilih yang terbaik di antara semua pilihan. Caranya  bisa dengan mengecek review online ataupun bertanya langsung pada orang sekitar yang sudah pernah mencoba di tempat-tempat tersebut.
  • Pastikan tempat imunisasi tujuan Anda didukung oleh tenaga medis berkualitas yang profesional, bersertifikat dan ahli di bidangnya, serta tentunya ramah terhadap anak.
  • Pertimbangkan kebersihan dan kenyamanan tempat imunisasi. Sebab, lingkungan yang bersih, rapi, dan ramah anak akan membuat proses imunisasi lebih nyaman
  • Pertimbangkan ketersediaan dan jenis vaksin, begitu pula dengan jadwal yang fleksibel. Sebab, tempat imunisasi yang memiliki sistem pendaftaran atau antrean yang tertata baik dan waktu layanan fleksibel akan memudahkan Anda sebagai orang tua dalam mengatur waktu.

Rekomendasi Tempat Imunisasi Bandung Berkualitas

imunisasi anak
Sumber : Envanto

Pada dasarnya, imunisasi bisa dilakukan di berbagai tempat resmi, seperti posyandu, puskesmas, rumah sakit, maupun klinik. Namun, posyandu dan puskesmas yang biasanya menyediakan imunisasi secara gratis sering kali hanya menyediakan imunisasi dasar.

Sementara itu, melakukan imunisasi di rumah sakit ataupun klinik biasanya menawarkan pilihan imunisasi yang lebih lengkap bahkan kombinasi

Oleh karena itu, bagi Anda orang tua di Bandung yang merasa lebih tertarik untuk melakukan imunisasi anak di klinik, salah satu rekomendasi tempat imunisasi Bandung yang layak Anda pertimbangkan adalah Klinik Mutiara Cikutra (KMC).

Tempat imunisasi Bandung yang satu ini menawarkan tempat senyaman rumah dan pelayanan yang seramah keluarga. Jadi, Anda tidak perlu khawatir buah hati kesayangan Anda mengalami kesulitan saat proses imunisasi berlangsung.

Terlebih, klinik ini menawarkan layanan imunisasi lengkap, mulai dari imunisasi wajib program pemerintah hingga imunisasi tambahan.

Nah, jika Anda tertarik, Anda bisa langsung mengunjungi Klinik Mutiara Cikutra Bandung, yaitu di Jl. Cikutra No. 115 Blok. A-B, Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat.

Yuk, jadwalkan kunjungan Anda sekarang juga!

 

Referensi:

https://mutiaracikutra.com/

https://ayosehat.kemkes.go.id/1000-hari-pertama-kehidupan/seputar-imunisasi

 

7 Penyakit Anak Usia Sekolah yang Mudah Menular, Segera Cek ke Dokter Anak Bandung Berikut!

7 Penyakit Anak Usia Sekolah yang Mudah Menular, Segera Cek ke Dokter Anak Bandung Berikut!

Penyakit menular memang tidak pandang bulu. Tak hanya orang dewasa yang bisa menjadi korban, melainkan juga anak-anak, termasuk para anak usia sekolah. Umumnya, anak di usia ini memang cukup rentan terhadap penyakit menular.

Oleh karena itu, bagi Anda para orang tua yang saat ini berdomisili di Bandung, segera konsultasikan dengan dokter anak Bandung jika buah hati Anda mulai mengalami gejala mencurigakan. Langkah ini penting dilakukan agar anak Anda bisa secepatnya mendapat penanganan yang tepat.

Nah, dalam artikel ini, Anda akan menemukan sejumlah informasi terkait penyakit menular yang rentan menyerang anak usia sekolah—mulai dari jenis-jenisnya hingga rekomendasi dokter anak Bandung terbaik. Yuk, simak!

Mengapa Anak Rentan terhadap Penyakit?

Sumber : Envanto

Secara umum, anak-anak, termasuk anak usia sekolah, rentan terhadap penyakit lantaran daya tahan tubuh mereka yang lemah dan masih dalam proses berkembang (sistem imun belum matang). Namun, selain faktor daya tahan tubuh, ada juga sejumlah faktor lainnya yang turut berpengaruh.

Khusus untuk anak-anak usia sekolah, faktor lingkungan dan interaksi sosial dengan teman atau orang-orang di sekitar mereka juga dapat menjadi pemicu utama. Perlu diingat bahwa lingkungan sekolah merupakan salah satu tempat yang memungkinkan tersebarnya penyakit secara cepat.

Kelas yang padat, ventilasi yang kurang baik, serta aktivitas bersama dalam waktu yang lama dapat mempercepat penyebaran virus dan bakteri. Di sekolah, anak-anak sering berkumpul, berbagi alat tulis, makanan, bahkan hingga botol minuman.

Semua aktivitas tersebut dapat menjadi media penularan penyakit yang cepat, apalagi jika anak memiliki tingkat kesadaran rendah soal kebersihan. Selain itu, apabila mereka termasuk anak yang aktif dengan mobilitas tinggi, hal tersebut dapat meningkatkan risiko tertular atau justru menularkan penyakit.

7 Penyakit Anak Usia Sekolah yang Mudah Menular

Berikut tujuh penyakit anak usia sekolah yang mudah menular dan perlu perhatian serius dari para orang tua:

1. Cacar Air

Disebabkan oleh virus Varicella Zoster, penyakit ini bisa dibilang pernah menjangkiti hampir setiap anak. Ditandai dengan munculnya ruam berbintik merah, cacar air biasanya dapat bertahan selama 5-10 hari, dan termasuk penyakit yang sangat mudah menular.

2. Diare

Diare juga menjadi salah satu penyakit menular yang rentan menjangkiti anak usia sekolah. Faktor penyebabnya pun beragam, mulai dari salah makan hingga virus dan bakteri. Jika disebabkan oleh virus, maka diare dapat menular dengan mudah ke anak-anak lainnya.

3. Campak

Selanjutnya, ada campak—penyakit menular yang penularannya sangat mudah melalui udara dan disebabkan oleh virus dari famili Paramyxovirus. Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, batuk, pilek, mata merah, dan munculnya ruam merah di sekujur tubuh.

4. Cacingan

Cacingan merupakan infeksi parasit usus akibat cacing seperti cacing gelang atau cacing kremi. Biasanya, penyakit ini dialami oleh anak-anak di bawah usia 10 tahun dan merupakan penyakit menular, khususnya di lingkungan yang kurang bersih.

5. Konjungtivitis

Konjungtivitis juga sering disebut “mata merah”, yaitu peradangan pada konjungtiva yang bisa disebabkan oleh virus, bakteri, atau alergi. Penyakit ini sangat mudah menular lewat tangan atau benda yang terkontaminasi.

6. Infeksi Saluran Pernapasan

Ini merupakan penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Jenisnya pun cukup banyak, seperti flu, batuk, radang tenggorokan, hingga pneumonia.

7. Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD)

Penyakit ini disebabkan oleh virus Enterovirus dan mudah menular di lingkungan sekolah. Gejalanya meliputi demam, sakit tenggorokan, serta bintik di mulut yang bisa berubah menjadi seriawan.

Rekomendasi Dokter Anak Bandung Berkualitas

Sumber : Envanto

Bagi Anda para orang tua di Bandung yang saat ini sedang khawatir lantaran buah hati mulai mengalami gejala-gejala mencurigakan, maka berkonsultasi dengan dokter anak Bandung di Klinik Mutiara Cikutra merupakan solusi terbaik.

Klinik ini menyediakan berbagai jenis layanan kesehatan berkualitas, termasuk layanan kesehatan anak yang terdiri dari poli anak, imunisasi, hingga khitan.

Melakukan pemeriksaan dan perawatan di sini dijamin tidak akan membuat Anda khawatir. Pasalnya, pelayanannya ditangani langsung oleh dokter spesialis anak yang profesional dan tentunya ramah nan menyenangkan.

Jadi, tunggu apa lagi? Pastikan jagoan Anda mendapatkan penanganan sejak dini dari dokter anak Bandung yang tepat, termasuk dalam menghadapi penyakit-penyakit menular yang umum terjadi di usia sekolah. Yuk, ke KMC sekarang juga!

 

 

Referensi:

https://mutiaracikutra.com/

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/gejala-anak/penyakit-di-sekolah-anak/

 

Persiapan dan Perawatan Pasca Khitan

Persiapan dan Perawatan Pasca Khitan

Persiapan dan Perawatan Pasca Khitan

 

Setelah anak menjalani khitan, Pearls perlu memperhatikan agar luka pasca khitan pada anak supaya cepat kering dan tidak terjadi infeksi. Biasanya dokter akan menjadwalkan kontrol rutin setelah khitan. Namun perlu diigat proses perawatan khitan secara khusus memiliki tahap perawatan yang berbeda-beda sesuai metode khitan yang digunakan. Rata-rata roses penyembuhan khitan biasanya berlangsung sekitar 1-2 minggu atau lebih cepat. Beberapa hal yang dapat Pearls lakukan di rumah untuk membantu proses penyembuhan, yaitu :

  • Pakaikan anak celana yang longgar sampai 3 hari setelah khitan untuk mencegah terjadi iritasi pada penis
  • Berikan obat sesuai dosis yang disarankanan dokter seperti obat antibotik dan anti nyeri
  • Jika anak merasa nyeri, Pearls juga dapat melakukan kompres dengan es yang dibalut dengan handuk pada area penis pasca khitan selama 15-20 menit
  • Tetap bersihkan bagian penis anak dengan menggunakan air hangat dan sabun secara perlahan (bagi metode khitan yang memperbolehkan terkena air)
  • Konsumsi makanan yang mengandung kacang-kacangan, sayuran hijau, protein daging, ikan salmon dan telur untuk membantu luka menjadi lebih cepat kering dan sembuh
  • Bagi anak yang memiliki riwayat alergi terhadap makanan di atas maka hindari anak untuk tidak mengkonsumsinya agar terhindar dari gatal karena dapat menimbulkan luka baru

 

Sekian Pearls penjelasan tentang beberapa perawatan yang dapat dilakukan di rumah setelah anak melakukan khitan. Namun, jika selama perawatan di rumah, anak mengalami demam, perdarahan, kemerahan, bengkak, atau muncul nanah pada penis sebelum jadwal kontrol, maka jangan ragu untuk segera kembali ke dokter atau hubungi perawat untuk diperiksa lebih lanjut. Semoga bermanfaat Pearls .

 

Sumber :

https://www.chadkids.org/urology/post-circumcision-care

https://www.childrensdayton.org/patients-visitors/services/urology/conditions/circumcision

https://id.theasianparent.com/7-tips-perawatan-pasca-sunat

Usia Tepat Untuk Khitan Anak Laki-Laki

Usia Tepat Untuk Khitan Anak Laki-Laki

Usia Tepat Untuk Khitan Anak Laki-Laki

 

Banyak para orangtua yang bertanya, sebenarnya kapan sih Usia yang tepat untuk melakukan khitan atau sunat pada anak laki-laki?. Nah Faktanya usia yang tepat untuk melakukan khitan pada anak laki-laki dapat dilakukan kapan pun apabila tidak ada kondisi medis tertentu. Pearls dapat melakukan sirkumisisi atau khitan saat bayi masih lahir, namun direkomendasikan untuk dilakukan antara 24-72 jam setelah bayi lahir ya agar meminimalisir terjadinya risiko saat sirkumsisi terutama perdarahan. Dilaporkan bahwa khitan yang dilakukan saat bayi, rasa nyerinya lebih berkurang  selain itu juga berhubungan dengan komplikasi yang rendah, tetapi memerlukan pengalaman pada dokter ahli yang akan melakukan khitan.

Penelitian dari Erzincan University of Medical Sciences, Erzincan, Turki pada tahun 2014 menjelaskan bahwa untuk melakukan khitan pada anak laki-laki dapat dilakukan pada usia neonatus, phallic stage (usia 3-4 tahun), dan usia sekolah (2, 12, dan 13 tahun). Namun, dengan mempertimbangkan penggunaan obat bius, komplikasi, dan durasi perawatan, waktu paling baik yaitu dilakukan saat usia dibawah 1 tahun (saat bayi). Jika usia anak sudah semakin dewasa, maka biasanya Pearls akan kesulitan untuk mengajak anak melakukan khitan karena mungkin anak akan cenderung takut sehingga sering ditunda. 

Nah, sebaiknya untuk melakukan khitan pada bayi, Pearls bisa konsultasikan kepada dokter terlebih dahulu. Biasanya pada bayi jauh lebih minimal komplikasinya dibandingkan saat anak sudah beranjak dewasa. Semoga bermanfaat informasinya, Pearls.

 

Sumber :

https://www.circumcisioninlondon.co.uk/post/what-is-the-best-age-for-circumcision

https://bmcpediatr.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2431-12-20

 

Manfaat dan Risiko Khitan pada Anak

Manfaat dan Risiko Khitan pada Anak

Manfaat dan Risiko Khitan pada Anak

 

Khitan merupakan pemotongan kulit yang menutupi penis sehingga keseluruhan dari kepala penis terlihat. Nah Khitan atau sunat itu sendiri tentu memiliki banyak manfaatnya loh Pearls terutama dalam bidang kesehatan. Apa aja sih manfaatnya??  Yuk simak ulasannya berikut ini

Manfaat khitan bagi kesehatan :

  • Menurunkan risiko terkena penyakit menular seksual seperti HIV, IMS (infeksi menular seksual), kutil kelamin, herpes genital, dan ulkus genital
  • Bagi pasangan seksual untuk wanita juga menurunkan risiko terkena bakterial vaginosis dan trikomoniasis
  • Tidak sakit saat berhubungan seksual
  • Menghindari risiko anak terkena balanitis (peradangan pada kulup atau kepala penis) dan balanopostitis (peradangan pada kepala penis dan preputium)
  • Mencegah timbulnya masalah pada penis (kulit pada penis yang tidak disirkumsisi biasanya sulit untuk ditarik (fimosis), lama-kelamaan bisa menimbulkan peradangan pada kulup atau kepala penis
  • Menurunkan risiko terkena kanker prostat, kanker penis, dan kanker serviks (Pauff and Miller, 2012)

Selain bagi kesehatan, sirkumsisi alias khitan ini juga bermanfaat bagi agama agar seorang muslim tetap mensucikan diri dari najis agar ibadah (shalat) tetap sah. 

 

Risiko khitan pada anak :

Melakukan proses sirkumsisi atau khitan tentu juga memiliki risiko pada anak, tetapi cenderung rendah yah, risiko yang paling sering yaitu :

  • Perdarahan 
  • Infeksi
  • Kulit penis pada anak juga menjadi lebih sensitif setelah sirkumsisi. Area sirkumsisi dapat mengalami iritasi apabila bergesekan dengan popok dan terkena pipis. Hal ini bisa diatasi dengan pemberian gel pada penis untuk beberapa hari. 
  • Nyeri
  • Kulup yang terpotong terlalu pendek atau terlalu panjang
  • Meatitis (peradangan pada lubang penis)

Risiko khitan sangat rendah dan jarang sehingga tidak perlu khawatir untuk tetap melakukan khitan pada anak ya Pearls! Kini metode khitan atau sunat semakin canggih sehingga lebih aman tanpa resiko tinggi. Jika Pearls ingin melakukan khitan pada anak boleh melakukan konsultasikan terlebih dahulu ya… 

 

Sumber :

Pauff, S. M. and Miller, S. C. (2012) ‘NIH Public Access’, Bone, 78(2), pp. 711–716. doi: 10.1001/jama.2011.1431.The.

https://www.nhs.uk/conditions/circumcision-in-boys/

Berbagai Posisi Menyusui dan Perlekatan Menyusui yang Benar

Berbagai Posisi Menyusui dan Perlekatan Menyusui yang Benar

Berbagai Posisi Menyusui
& Perlekatan Menyusui yang Benar

 

Tau gak sih moms kalau keberhasilan menyusui tergantung pada posisi dan perlekatan bayi ke payudara loh. Ketika bayi diposisikan dan dilekatkan dengan benar, mereka akan menyusu dengan baik dan Moms tidak akan merasakan sakit. Saat Moms mulai menyusui, mungkin akan merasa tidak nyaman, tetapi lama kelamaan Moms akan terbiasa dengan perasaan itu. Posisi menyusui bisa berbeda-beda, jadi temukan satu yang paling sesuai untuk Moms dan bayi, ya!

 

Berbagai posisi menyusui yang dapat Moms coba di antaranya :


  1.   Cradle Position

Cradle Position
Cradle Position

Cradle Position merupakan posisi menyusui yang paling banyak dilakukan, yaitu dengan posisi Moms tegak dan bayi diposisikan miring, kepala dan leher berbaring di sepanjang lengan bawah serta tubuh menempel pada perut Moms. Moms bisa menggunakan bantal di belakang Moms dan bantal menyusui di pangkuan untuk menopang bayi dan lengan Moms. Jika menggunakan bantal menyusui pastikan posisi bayi tidak terlalu tinggi untuk menghindari putting yang sakit dan perlekatan yang terlalu tegang.

 


  1.   Cross-Cradle Position

Cross-Cradle
Cross-Cradle

Posisi ini terlihat mirip dengan Cradle, tetapi bayi diletakkan di sepanjang lengan yang berlawanan. Tujuannya adalah untuk menopang bayi di sekitar leher dan bahu agar bisa memiringkan kepalanya sebelum menempel. Posisi ini sangat bagus unutk bayi baru lahir terutama untuk bayi dengan tubuh kecil dan bayi-bayi yang kesulitan menempel pada tubuh ibu.

 


  1. Football Hold Position

Football Hold Position
Football Hold Position

Posisi ini merupakan posisi menyusui yang baik untuk Moms yang menjalani operasi Caesar, ibu dengan payudara besar atau bayi kecil. Caranya yaitu dengan meletakkan bantal di sebelah Moms. Kemudian gendong bayi menghadap ke atas di lengan Moms. Gunakan telapak tangan Moms di lengan yang sama untuk menopang leher bayi dan sandarkan sisi bayi ke sisi tubuh Moms. Kemudian angkat bayi ke payudara Moms.

 


  1. Laid Back Position

Laid Back Positions
Laid Back Position

Jika Anda pernah melahirkan secara operasi caesar dan tidak dapat menemukan posisi menyusui yang nyaman, posisi ini dapat membantu. Berbaring dengan tubuh bayi di bahu Moms akan membuat Moms menyusui dengan nyaman tanpa beban atau tekanan pada luka Moms.

 


  1. Side Lying Position

  

Side Lying
Side Lying

Posisi ini juga nyaman bagi ibu yang pernah menjalani operasi caesar karena bayi tidak memberikan tekanan pada perut ibu. Mulailah dengan berbaring miring dengan bayi Moms menghadap Anda. Bayi harus diposisikan sehingga hidungnya berseberangan dengan puting susu Moms. Gunakan lengan bawah Moms untuk menggendong punggung bayi, atau Moms dapat menyelipkan selimut yang digulung di belakang bayi untuk membantu meletakkan bayi di dekat Moms sementara Moms dapat menggunakan lengan untuk menopang kepala Moms sendiri. Moms dapat menopang payudara Moms dengan tangan yang lain.

 

Perlekatan menyusui yang benar :

perlekatan yang benar

  1.   Dekatkan seluruh badan bayi dan hidung dekat dengan puting susu ibu
  2.   Biarkan kepala bayi agak ke belakang sehingga bagian atas bibir bayi dapat menyentuh puting ibu
  3.   Ketika mulut bayi terbuka lebar, dagu bayi akan menyentuh payudara, disertai bagian belakang kepala ke belakang sehingga lidah bayi dapat menyentuh keseluruhan payudara
  4.   Dengan posisi dagu yang menempel pada payudara dan posisi hidung terbuka, disertai mulut bayi yang terbuka lebar, maka pipi bayi akan terlihat bulat dan penuh selama bayi sedang menetek

 

Tanda-tanda bayi melekat dengan benar:

  • Bayi harus memiliki mulut penuh payudara di mulutnya
  • Dagu harus menyentuh payudara Moms
  • Moms mungkin melihat bibir atas dan bawah bayi melengkung
  • Pipi bayi harus penuh dan bulat, Moms seharusnya tidak melihat lesung pipi saat bayi menetek
  • Rahang bayi harus bergerak, mungkin juga melihat telinga bayi berkedut saat mereka makan
  • Bayi akan mulai dengan hisapan cepat pendek, kemudian berubah menjadi hisapan panjang dalam dengan jeda untuk bernapas
  • Moms harus mendengar bayi menelan saat volume ASI meningkat
  • Moms seharusnya tidak mendengar suara seperti “klik”
  • Bayi harus menyusui dengan tenang dan tidak berpindah-pindah payudara
  • Bayi selesai menyusu dan tampak puas
  • Moms akan merasa nyaman saat menyusui dan puting tidak akan sakit

 

 

Sumber :

https://www.nhs.uk/start4life/baby/feeding-your-baby/breastfeeding/how-to-breastfeed/breastfeeding-positions/

https://www2.hse.ie/wellbeing/babies-and-children/breastfeeding/a-good-start/positioning-and-attachment/